Sikap Qonaah adalah salah satu contoh Ahlakul Karimah (Ahlak Mulia) yang diterapkan secara langsung oleh Rosululloh dalam kehidupan sehari hari. Qonaah menurut bahasa adalah cukup. Menurut istilah, qonaah berarti merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan.
qonaah itu sifat sederhana dalam keadaan sempit dan dalam keadaan lapang. Kekayaan dan kemiskinan bukan diukur dari banyak sedikitnya harta, tetapi terletak pada kelapangan hati untuk selalu sabar dan mensyukuri segala karunia yang diberikan Allah swt
Orang yang qonaah akan bersikap menerima dengan rasa syukur kepada Allah swt. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tenteram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak. Karena pada hakikatnya, kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati, bukan pada harta yang dimilikinya
Kisah Nabi Musa menjadi salah satu yang menarik perhatian, karena Nabi Musa AS yang termasuk Ulul Azmi ini juga harus berdakwah dan berhadapan langsung dengan Raja Firaun yang terkenal sangat keji.
Ketika menghadapi rintangan dan cobaan, Nabi Musa memilih untuk menghadapinya dengan cara berdoa kepada Allah SWT. Doa-doa Nabi Musa tersebut hingga kini masih sering diamalkan oleh para kaum muslimin karena mampu membawa banyak manfaat atau khasiat. Dipermudah urusan hingga diberikan petunjuk di setiap masalah ialah beberapa manfaat dari mengamalkan doa Nabi Musa.
Saat kamu sedang berhadapan dengan masalah, maka bacalah doa ini. Doa ini bisa kamu amalkan setelah salat wajib atau salat sunah. Selain itu, kamu juga bisa mengamalkan doa ini ketika kamu ingin menjadi pembicara agar apa yang kamu ucapkan benar dan bisa membawa keuntungan untukmu.
Video Mengenai sapi sapi Australia yang sedang berada di Instalasi Pihak Lain yang berada di Propinsi Lampung dan sedang menjalani Masa Karantina di bawah pengawasan Karantina Pertanian Lampung.
Merasa beruntung ketika mendapat kesempatan melaksanakan tugas melakukan monitoring penyakit African Swine Fever (ASF) pada salah satu peternakan Babi yang berada di Kabupaten Lampung Timur. Salah satu peternakan terbesar dengan populasi kurang lebih 2000 ekor yang menyuplai babi untuk daerah Sumatera dan Jawa.
Yang menjadi istimewa adalah peternakan ini mampu bertahan terhadap ancaman penyakit ASF yang menyerang Lampung. Penyakit ini telah menyebabkan kematian pada sebagian besar populasi babi yang ada pada peternak babi di Lampung. Kejadian ASF di Indonesia pertama kali terjadi di Medan, Sumatera Utara pada bulan Desember 2019 dan kemudian menyebar lebih dari 10 Provinsi di Indonesia termasuk Provinsi Lampung pada bulan April 2020.
Penyakit ini seolah tidak dapat ditahan penyebarannya karena selain melalui penularan langsung dari ternak juga dapat menular melalui sisa makanan yang mengandung produk babi , gigitan caplak sebagai vektor dan juga kontak dengan peralatan yang sudah tercemar dengan ASF.
Oleh sebab itu, menjadi penasaran penyebab peternakan Babi ini dapat bertahan ditengah serangan penyakit ASF pada babi yang ada disekitarnya. setelah melakukan kunjungan beberapa hal ini yang mendukung faktor ketahanan peternak ini terhadap serangan ASF.
1. Peternakan sudah berskala menengah sampai sedang, sehingga didukung oleh Sumber Daya Manusia serta sarana dan prasaran yang memadai dalam melakukan manajemen resiko penyebaran ASF di peternakan.
2. Peternakan telah melakukan Biosecuriti yang ketat, mulai dari biosecurity personal dan kendaraan buat tamu dan kendaraan yang akan masuk ke areal farm dengan pakaian khusus yang telah disediakan farm. Selain itu secara rutin telah dilakukan desinfeksi dikandang dengan interval 2-3 kali sehari.
3. Tamu yang datang setelah melaksanakan biosecurity secara personal pun dibatasi aksesnya terhadap babi untuk menghindari kontak langsung dengan hewan ternak.
4. Penggunaan pakan hanya menggunakan pakan kering tanpa pakan basah sisa bahan makanan (Sweeling feeding) .
5. Pegawai dikarantina di dalam peternakan, dilarang makan bahan asal makanan dari babi untuk menghindari penularan dari bahan makanan.
7. terdapat pengelolaan kesehatan melalui kegiatan vaksinasi dan pemeriksaan laboratorium dibawah pengawasan dokter hewan peternakan.
Demikian beberapa hal yang dapat menjadi faktor keberhasilan peternakan ini mampu bertahan terhadap serangan penyakit ASF, tentu kemungkinan masih terdapat hal lain menyebabkan kesuksesan peternakan babi ini. Semoga dapat menginspirasi dan dikembangkan agar Peternakan Babi dapat segera pulih dan terus berkembang memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Australia mempunyai status
bebas terhadap B. abortus , B.
melitensis tetapi tidak bebas dari B.
suis
Indonesia tidak bebas dari
brucellosis tetapi Provinsi Lampung bebas dari Brucellosis berdasarkan No.5681/kpts/PD.620/12/2011
a.Negara
Pengimpor memiliki program pengendalian (Naipospos, 2014)
b.Negara
Pengekspormemiliki program
pengendalian brucellosis
(DAFF,
2019)
Tidak ada pada sapi
(Glowacka, P dkk. 2018)
YA
Alur Tapak Penilaian Pelepasan
Penilai Pelepasan
Kesimpulan Penilaian Pelepasan = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 = SR +DA +SR+DA+SR. Maka menurut ZAPEDA dalam Barantan (2019) maka risiko pelepasan Brucellosis dapat
keluar dari Australia adalah Dapat diabaikan
Penilaian Pendedahan
Penilaian Pendedahan
-Peluang masuk dan tersebarnya Brucellosis
melalui pemasukan sapi asal Australia ke Propinsi Lampung melalui RPH (L4)
adalah = L1 X L2 X L3 X L4 = SR X DA X SR X SR =DA
-Peluang masuk dan tersebarnya
Brucellosis melalui pemasukan sapi asal Australia ke propinsi lampung melalui Peternakan
Rakyat (L5) adalah =L1 X L2 X L3 X L5
=SR X DA X SR X SR =Dapat Diabaikan
Berdasarkan Biosecurity Australia
dalam Barantan (2019) peluang masuk dan tersebarnya Brucellosis melalui
pemasukan sapi asal Australia ke propinsi Lampung adalah : L4 + L5 =
DA+DA= DA.
3.3Penilaian
Dampak
No
Nama
Sumber
data
Penilaian
Dampak
Langsung
1
Infeksi
Hewan Ternak dan liar
(Noor,
2006)
F
2
Zoonosis
(Noor,
2006)
E
3
Hewan
Carier
((Noor,
2006)
F
4
Kerugian
Reproduksi
(Civas,
2019)
F
5
Penurunan
Produksi Susu
(Civas,
2019)
D
Dampak
Tidak Langsung
1
Biaya
Surveilans dan Kontrol
(Noor,
2006)
F
2
Biaya
Kompensasi Peternak
(Noor,
2006)
D
3
Kerugian
peternak
(Noor,
2006)
F
3.3Estimasi
Risiko
No
Jenis
Media Pembawa
Penilaian
Pelepasan
Penilaian
Pendedahan
Penilaian
Pelepasan dan Pendedahan
Penilaian
Dampak
Penilaian
Perkiraan Risiko
Ketidak pastian
Rendah
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
1
Sapi
Dapat Diabaikan
Dapat Diabaikan
Dapat Diabaikan
Sangat Tinggi
Sangat
Rendah
MANAJEMEN RISIKO
a.Dalam hal peluang kejadian HPHK
memiliki tingkat risiko Sangat Rendah
maka tindakan karantina berupa pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan
pembebasan. Tindakan karantina dilakukan setelah media pemabawa memenuhi
persyaratan karantina seperti yang tertera pada UU 16 Tahun 1992.
b.Apabila ditemukan gejala HPHK Golongan II maka terhadap media pembawa
berupa perlakuan
c.Apabila kegiatan perlakuan pada huruf
b dapat menghilangkan media HPHK maka dilakukan pembebasan tetapi apabila tidak
dapat menghilangkan media pembawa maka dilakukan kegiatan pemusnahan dengan
memperhatikan aspek kesejahteraan hewan
d.Apabila kegiatan pemeriksaan menemukan
gejala HPHK golongan I maka dilakukan kegiatan pemusnahan
Evaluasi Pilihan
Tingkat proteksi yang ditetapkan adalah Sangat rendah, sedangkan tingkat risiko peluang kejadian terlepas atau terdedahnya Brucellosis adalah Dapat diabaikan
Implementasi
BKP Kelas I Bandar Lampung : •
Pemeriksaan
Dokumen, fisik,laboratorium
Desinfeksi
alat angkut
Pengawasan
lalu lintas ternak
IKH
Pengasingan,
Pengamatan, Pengambilan sampel , perlakuan, pemusnahan
Pemantauan daerah
Sebar Media Pembawa
KP
Monitoring dan review
a.Tingkat proteksi yang diperoleh dilakukan monitoring dan
review setiap jangka waktu tertentu atau bila terjadi perubahan satatus HPHK di
negara asal atau tujuan.
b.Apabila ditemukan kelemahan dalam
kebijakan manajemen risiko yang ada maka dilakukan evaluasi dalam melakukan
analisa risiko masuknya Brucellosis melalui masuknya sapi asal Australia.
c.Monitoring dan review terhadap
beberapa hal berikut
-Manajemen pengolahan limbah sapi
-Risiko zoonosis dari brucellosis
-Pengembangan diagnosa dan pengujian Brucella suis
KOMUNIKASI RISIKO
Komunikasi
dilakukan sejak awal dilakukan analisa risiko masuknya Brucellosis melalui sapi
asal Australia ke Propinsi Lampung sampai dengan selesainya analisa risiko
kepada pihak pihak terkait dan terdampak
oleh analisa risiko yang dilakukan secara tebuka mengenai dasar ilmiah,
pertimbangan, pelaksanaan dan kesimpulan selama analisa risiko.
-Hasil analisa risiko masuknya
Brucellosis melalui sapi asal Australia ke Propinsi Lampung akan disampaikan
kepada Kepala Badan Karanatina Pertanian dalam bentuk laporan.
-Hasil Analisa risiko setelah
disempurnakan akan dijadikan bahan dalam penyusunan dan penyempurnaan kebijakan
Karantina hewan diantaranya dalam melaksanakan Tindakan Karantina Hewan.