Video Mengenai sapi sapi Australia yang sedang berada di Instalasi Pihak Lain yang berada di Propinsi Lampung dan sedang menjalani Masa Karantina di bawah pengawasan Karantina Pertanian Lampung.
Selamat Menikmati
Video Mengenai sapi sapi Australia yang sedang berada di Instalasi Pihak Lain yang berada di Propinsi Lampung dan sedang menjalani Masa Karantina di bawah pengawasan Karantina Pertanian Lampung.
Selamat Menikmati
Peternakan Babi |
Merasa beruntung ketika mendapat kesempatan melaksanakan tugas melakukan monitoring penyakit African Swine Fever (ASF) pada salah satu peternakan Babi yang berada di Kabupaten Lampung Timur. Salah satu peternakan terbesar dengan populasi kurang lebih 2000 ekor yang menyuplai babi untuk daerah Sumatera dan Jawa.
Yang menjadi istimewa adalah peternakan ini mampu bertahan terhadap ancaman penyakit ASF yang menyerang Lampung. Penyakit ini telah menyebabkan kematian pada sebagian besar populasi babi yang ada pada peternak babi di Lampung. Kejadian ASF di Indonesia pertama kali terjadi di Medan, Sumatera Utara pada bulan Desember 2019 dan kemudian menyebar lebih dari 10 Provinsi di Indonesia termasuk Provinsi Lampung pada bulan April 2020.
Penyakit ini seolah tidak dapat ditahan penyebarannya karena selain melalui penularan langsung dari ternak juga dapat menular melalui sisa makanan yang mengandung produk babi , gigitan caplak sebagai vektor dan juga kontak dengan peralatan yang sudah tercemar dengan ASF.
Oleh sebab itu, menjadi penasaran penyebab peternakan Babi ini dapat bertahan ditengah serangan penyakit ASF pada babi yang ada disekitarnya. setelah melakukan kunjungan beberapa hal ini yang mendukung faktor ketahanan peternak ini terhadap serangan ASF.
1. Peternakan sudah berskala menengah sampai sedang, sehingga didukung oleh Sumber Daya Manusia serta sarana dan prasaran yang memadai dalam melakukan manajemen resiko penyebaran ASF di peternakan.
2. Peternakan telah melakukan Biosecuriti yang ketat, mulai dari biosecurity personal dan kendaraan buat tamu dan kendaraan yang akan masuk ke areal farm dengan pakaian khusus yang telah disediakan farm. Selain itu secara rutin telah dilakukan desinfeksi dikandang dengan interval 2-3 kali sehari.
3. Tamu yang datang setelah melaksanakan biosecurity secara personal pun dibatasi aksesnya terhadap babi untuk menghindari kontak langsung dengan hewan ternak.
4. Penggunaan pakan hanya menggunakan pakan kering tanpa pakan basah sisa bahan makanan (Sweeling feeding) .
5. Pegawai dikarantina di dalam peternakan, dilarang makan bahan asal makanan dari babi untuk menghindari penularan dari bahan makanan.
7. terdapat pengelolaan kesehatan melalui kegiatan vaksinasi dan pemeriksaan laboratorium dibawah pengawasan dokter hewan peternakan.
Demikian beberapa hal yang dapat menjadi faktor keberhasilan peternakan ini mampu bertahan terhadap serangan penyakit ASF, tentu kemungkinan masih terdapat hal lain menyebabkan kesuksesan peternakan babi ini. Semoga dapat menginspirasi dan dikembangkan agar Peternakan Babi dapat segera pulih dan terus berkembang memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Identifikasi Bahaya
No |
Jenis
Penyakit |
Daftar
OIE |
Zoonosis |
Negara
Pengekspor |
Negara
Pengimpor |
Program
Pengendalian |
Memiliki
Strain Yang Lebih Virulen |
Hazard |
1 |
Brucellosis pada sapi |
YA (OIE 2019) |
YA (Godfroid, 2017) |
Australia mempunyai status
bebas terhadap B. abortus , B.
melitensis tetapi tidak bebas dari B.
suis |
Indonesia tidak bebas dari
brucellosis tetapi Provinsi Lampung bebas dari Brucellosis berdasarkan No.5681/kpts/PD.620/12/2011 |
a. Negara
Pengimpor memiliki program pengendalian (Naipospos, 2014) b. Negara
Pengekspor memiliki program
pengendalian brucellosis (DAFF,
2019) |
Tidak ada pada sapi (Glowacka, P dkk. 2018) |
YA |
Alur Tapak Penilaian Pelepasan
Penilai Pelepasan |
Kesimpulan Penilaian Pelepasan = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 = SR +DA +SR+DA+SR. Maka menurut ZAPEDA dalam Barantan (2019) maka risiko pelepasan Brucellosis dapat keluar dari Australia adalah Dapat diabaikan
Penilaian Pendedahan
Penilaian Pendedahan |
- Peluang masuk dan tersebarnya Brucellosis
melalui pemasukan sapi asal Australia ke Propinsi Lampung melalui RPH (L4)
adalah = L1 X L2 X L3 X L4 = SR X DA X SR X SR =DA
- Peluang masuk dan tersebarnya
Brucellosis melalui pemasukan sapi asal Australia ke propinsi lampung melalui Peternakan
Rakyat (L5) adalah = L1 X L2 X L3 X L5
= SR X DA X SR X SR =Dapat Diabaikan
Berdasarkan Biosecurity Australia
dalam Barantan (2019) peluang masuk dan tersebarnya Brucellosis melalui
pemasukan sapi asal Australia ke propinsi Lampung adalah : L4 + L5 =
DA+DA= DA.
3.3
Penilaian
Dampak
No |
Nama |
Sumber
data |
Penilaian |
Dampak
Langsung |
|||
1 |
Infeksi
Hewan Ternak dan liar |
(Noor,
2006) |
F |
2 |
Zoonosis |
(Noor,
2006) |
E |
3 |
Hewan
Carier |
((Noor,
2006) |
F |
4 |
Kerugian
Reproduksi |
(Civas,
2019) |
F |
5 |
Penurunan
Produksi Susu |
(Civas,
2019) |
D |
Dampak
Tidak Langsung |
|||
1 |
Biaya
Surveilans dan Kontrol |
(Noor,
2006) |
F |
2 |
Biaya
Kompensasi Peternak |
(Noor,
2006) |
D |
3 |
Kerugian
peternak |
(Noor,
2006) |
F |
3.3
Estimasi
Risiko
No |
Jenis
Media Pembawa |
Penilaian
Pelepasan |
Penilaian
Pendedahan |
Penilaian
Pelepasan dan Pendedahan |
Penilaian
Dampak |
Penilaian
Perkiraan Risiko |
|
Ketidak pastian |
Rendah |
Sedang |
Rendah |
Rendah |
Sedang |
1 |
Sapi |
Dapat Diabaikan |
Dapat Diabaikan |
Dapat Diabaikan |
Sangat Tinggi |
Sangat
Rendah |
a.
Dalam hal peluang kejadian HPHK
memiliki tingkat risiko Sangat Rendah
maka tindakan karantina berupa pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik dan
pembebasan. Tindakan karantina dilakukan setelah media pemabawa memenuhi
persyaratan karantina seperti yang tertera pada UU 16 Tahun 1992.
b.
Apabila ditemukan gejala HPHK Golongan II maka terhadap media pembawa
berupa perlakuan
c.
Apabila kegiatan perlakuan pada huruf
b dapat menghilangkan media HPHK maka dilakukan pembebasan tetapi apabila tidak
dapat menghilangkan media pembawa maka dilakukan kegiatan pemusnahan dengan
memperhatikan aspek kesejahteraan hewan
d.
Apabila kegiatan pemeriksaan menemukan
gejala HPHK golongan I maka dilakukan kegiatan pemusnahan
Evaluasi Pilihan
Tingkat proteksi yang ditetapkan adalah Sangat rendah, sedangkan tingkat risiko peluang kejadian terlepas atau terdedahnya Brucellosis adalah Dapat diabaikan
Implementasi
BKP Kelas I Bandar Lampung : •
Pemeriksaan Dokumen, fisik,laboratorium
Desinfeksi alat angkut
Monitoring dan review
a.
Tingkat proteksi yang diperoleh dilakukan monitoring dan
review setiap jangka waktu tertentu atau bila terjadi perubahan satatus HPHK di
negara asal atau tujuan.
b.
Apabila ditemukan kelemahan dalam
kebijakan manajemen risiko yang ada maka dilakukan evaluasi dalam melakukan
analisa risiko masuknya Brucellosis melalui masuknya sapi asal Australia.
c.
Monitoring dan review terhadap
beberapa hal berikut
-
Manajemen pengolahan limbah sapi
-
Risiko zoonosis dari brucellosis
-
Pengembangan diagnosa dan pengujian Brucella suis
KOMUNIKASI RISIKO
Komunikasi
dilakukan sejak awal dilakukan analisa risiko masuknya Brucellosis melalui sapi
asal Australia ke Propinsi Lampung sampai dengan selesainya analisa risiko
kepada pihak pihak terkait dan terdampak
oleh analisa risiko yang dilakukan secara tebuka mengenai dasar ilmiah,
pertimbangan, pelaksanaan dan kesimpulan selama analisa risiko.
- Hasil analisa risiko masuknya
Brucellosis melalui sapi asal Australia ke Propinsi Lampung akan disampaikan
kepada Kepala Badan Karanatina Pertanian dalam bentuk laporan.
- Hasil Analisa risiko setelah
disempurnakan akan dijadikan bahan dalam penyusunan dan penyempurnaan kebijakan
Karantina hewan diantaranya dalam melaksanakan Tindakan Karantina Hewan.
Artikel Terkait
Pemotongan Bersyarat |
Karantina Pertanian Lampung kembali melakukan pemotongan bersyarat terhadap seekor sapi bakalan asal Australia. Sapi tersebut telah terkonfirmasi laboratorium Brucellosis dengan pengujian menggunakan metode pemeriksaan Rose Bengal Test (RBT) yang diikuti dengan pemeriksaan Elisa Brucellosis terhadap sapi yang positif pemeriksaan RBT.
Menurut Hosein, HI. et all (2017) pengujian menggunakan RBT mempunyai sensitifitas 94.33% dan Spesifitas 85,71% sedangkan pengujian Elisa Brucellosis menurut Uzal, FA. et all (1995) mempunyai Sensitifitas 98,7% dan spesifitas antara 97-2% sd 98,9% . Sensitifitas penggujian elisa ini mempunyai spesifitas yang sama dengan pengujian metode CFT dan mempunyai sensitifitas yang lebih baik dari CFT yang mempunyai nilai 95.2%.
Kegiatan Pengujian merupakan bagian dari tindakan karantina hewan terhadap pemasukan sapi bakalan asal Australia yang dilakukan oleh Karantina Lampung dengan metode penentuan jumlah sampel mengunakan metode detect disease dengan tingkat kepercayaan 95% dan prevalensi 1%.
Pemusnahan Sapi Brucellosis |
Sambut Maulid Nabi, Ananda mendapat tugas untuk menyampaikan kisah teladan Nabi Muhammad SAW.
Kali ini ananda memilih kisah tauladan Nabi Muhamad SAW sayang Anak Anak dan Nabi Muhammad SAW sayang Keluarga,
Mudah mudah an kita dapat meniru semua yang sudah ditauladankan oleh Nabi Muhammad SAW
Selamat Menyimak Videonya
MV Gloucester membawa 3641 ekor sapi bakalan jenis Brahman Cross asal Broome, Australia. Sapi terbut akan digemukan di dua penggemukan yang berada di Kabupaten Lampung Tengah.
Karantina Pertanian Lampung memastikan kesehatan sapi tersebut mulai dari pemeriksaan di Pelabuhan Panjang sampai di instalasi Karantina Hewan ketika dalam pengamatan di masa Karantina.
Pengambilan sampel merupakan bagian dari kegiatan pengamatan untuk memperteguh diagnosa yang akan menjadi dasar membuat keputusan kesehatan populasi ternak yang diambil sampelnya.
Sebanyak 287 sampel darah yang diambil oleh petugas Karantina Pertanian Lampung. Sampel darah tersebut nantinya akan dilakukan pengujian terhadap penyakit Brucellosis. Sebuah penyakit yang sangat merugikan untuk peternak.
Karantina Pertanian Lampung berkomitmen untuk berperan aktif dalam mencegah masuk dan tersebarnya penyakit hewan serta mempertahankan Lampung Bebas penyakit Brucellosis.
Pengambilan Sampel Darah |
Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian (BUTTMKP) selenggarakan Workshop Analisa Risiko Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Tahun Anggaran 2021. Pada acara yang diikuti oleh Perwakilan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari seluruh Indonesia ini, Inriana Pasak Tandisole menjadi salah satu peserta mewakili Karantina Pertanian Lampung.
Dalam kegiatan tersebut Inriana menyampaikan Analisa Risiko Kualitatif Pemasukan Sapi Bakalan Potong asal Australia terkait penyakit Bovine Viral Diarrhea (BVD). Jumlah Pemasukan Sapi Bakalan Potong asal asal Australia yang rata rata hampir mencapai dua ratus ribu ekor menjadi salah satu latar belakang alasan Karantina Pertanian Lampung melakukan kajian terhadap penyakit BVD.
Penyakit BVD adalah penyakit viral mempunyai gejala akut dan kronis yang dapat menyerang sapi dan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Gejala diare, demam, immunosupresi yang memicu infeksi pada saluran pernafasan, pencernaan dan reproduksi , serta Persitent Infection (PI) menyebabkan kerugian yang sangat besar pada peternak. Belum ada data kerugian ekonomi di Indonesia tetapi Penyakit BVD Ini menjadi penyakit nomor 2 penyebab kerugian ekonomi industri peternakan di Australia.
Dalama Kegiatan Workshop Hasil Analisa risiko ini diperkaya melalui masukan dan saran yang diberikan oleh reviewer dari Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian Dan Akademisi dari Institut Pertanian Bogor dan Universitas Gajah Mada. Selanjutnya hasil analisa resiko diharapkan memberikan pilihan manajemen risiko kepada pembuat kebijakan terkait risiko penyakit BVD pada pemasukan sapi bakalan asal Australia.
Analisa Risiko HPHK 2021 |