Senin, 10 Januari 2022

Nostalgia Pindang Muara

 

Pindang Muara
Pindang Muara


Rasa lapar hinggap diperut kami , ditengah perjalanan kami menikmati hari pertama tahun baru 2022 dengan cara menyusuri daerah rawa sragi, Lampung Selatan. Sebuah daerah persawahan dengan luas 24.000 hektar yang dibangun pada saat  Pelita ke III dijaman pemerintahan  Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto.  

Jalan yang jauh dari kata mulus membuat waktu tempuh semakin panjang dan memperumit rasa lapar yang ada, sehingga tak sabar mencari makanan yang tersedia di disepanjang jalan perjalanan kami di rawa Sragi. Kicau anak anak mulai meredup menandakan energi yang biasanya disalurkan melalui suara saat ini digunakan untuk menahan lapar di perut. 

Sebenarnya sepanjang jalan banyak sekali jenis makanan yang kita dapat nikmati , mulai dari makanan yang konvensional seperti bakso, pecel , soto dan sejenisnya sampai dengan makanan yang dimasak dengan ala korea tersedia disepanjang jalan menandakan bahwa infiltrasi budaya korea sudah jauh merasuk sampai ke daerah rawa sragi. Atas rekomendasi dari datuknya anak anak, dipilihlah Pindang Muara , yang berlokasi disebelah Tugu Tani Peresmian Saluran Irigasi Tersier Rawa Sragi.

Tugu Tani Rawa Sragi

Resto Pindang Muara
Resto Pindang Muara

Pindang Muara sudah menjadi legenda untuk resto yang berada disekitar Rawa Sragi. Pindang merupakan masakan khas Palembang dimana ikan dimasak sederhana dengan bumbu bumbu serai, kunyit, lengkuas, cabai dan asam kandis.  Khusus pindang muara Rawa Sragi menjadi idola masyarakat yang mengunjungi Rawa Sragi, terutama pejabat pejabat saat itu.

Mengunjungi Pindang muara rupanya menjadi nostalgia tersendiri buat datuk , semenjak pensiun dari Mantri Statistik dengan wilayah Palas dan Sragi kurang lebih 7 tahun yang lalu beliau tidak pernah lagi mengunjungi Pindang Muara, sehingga datuk kaget ketika pemilik pindang muara yang tadinya bernama Bu Heri sudah berganti menjadi keponakannya. Bu heri ternyata sudah meninggal 6 tahun lalu, menurut juru masak yang masih setia berada direstoran ini.

Karena baru saja banjir sehingga  pesanan kami pindang ikan baung tidak dapat diperoleh, akhirnya kami memesan Pindang Ikan Kakap dan juga udang yang kami nikmati dengan lahap. Menyenangkan melihat anak anak menikmati makanan disini sekaligus menemani datuk bernostalgia ketika masih aktif bekerja dulu sehingga teringat mendokumentasikan Pindang muara ketika makanan sudah habis. Terbersit rasa salut kepada beliau, melihat kondisi medan pekerjaanya yang beliau tempuh dengan menaiki motor. 

Kalau boleh berandai andai apabila infrastruktur dapat diperbarui tentunya lokasi sepanjang jalan rawa sragi ini dapat dikembangkan untuk daerah agrowisata, sungguh mengasyikan membayangkan menikmati makanan sambil memandangi padi yang menguning dengan alunan live musik. Saluran irigasi pun tidak mungkin menjadi sarana penarik wisatawan yang dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar.

Semoga..............

Artikel Terkait

Rawa Sragi, Riwayatmu Kini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar